Hikmah: Meraih Keutamaan Sya'ban

Rasulullah SAW bersabda, "Allah mengampuni dosa hamba-hamba-Nya pada malam Nisfu Sya'ban, kecuali dosa orang musyrik dan orang yang bermusuhan."

Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda, "Rajab adalah bulan Allah, Sya'ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku." Abu Bakar Al-Balkhi menjelaskan, "Bulan Rajab adalah bulan menanam, bulan Sya'ban adalah bulan menyirami tanaman, dan bulan Ramadhan adalah bulan panen." Bulan Rajab membersihkan badan, Sya'ban membersihkan hati, dan Ramadhan membersihkan jiwa. Para ahli hikmah menyatakan:

إن رجب للا ستغفار من الذ نوب وشعبان لإاصلاح القلب من العيوب ورمضان لتنوير القلوب وليلة القدر التقرب إلى الله تعالى

"Bulan Rajab adalah waktu untuk memohon ampun dari dosa-dosa, bulan Sya'ban untuk membersihkan hati dari keburukan, bulan Ramadhan untuk menerangi jiwa, dan Lailatul Qadar sebagai waktu mendekatkan diri kepada Allah."

Syekh Yahya bin Mu'adz, seperti yang dicatat dalam kitab Duratun Nashihin, mengartikan bulan Sya'ban dari huruf-huruf penyusun katanya. Kata "Sya'ban" (شعبان) terdiri dari lima huruf: ش (syin) yang berarti asy-syafa'ah wasy syarafah (pertolongan dan kemuliaan), ع ('ain) yang berarti al-'izzah wal karamah (kebesaran dan kemuliaan), ب (ba') yang berarti al-birr (kebaikan), (alif) yang berarti al-ulfah (kasih sayang), dan (nun) yang berarti annur (cahaya). Sya'ban dapat diartikan sebagai jalan yang baik di gunung.

Bulan Sya'ban adalah waktu di mana umat Islam mempersiapkan diri dan melakukan persiapan sebelum memasuki bulan Ramadhan. Sebagai bulan yang dimuliakan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, memberikan banyak shalawat kepada beliau adalah kewajiban. Dengan memuji Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kita mengikuti perintah Allah yang meninggikan beliau dalam surat AlAhzab ayat 56. Dengan memperbanyak shalawat di bulan yang dimuliakan oleh Nabi, kita berharap untuk mendapat syafaatnya. Jika Nabi senang dengan kita, maka insyaAllah Allah SWT akan meridai kita.

Membaca shalawat adalah salah satu amalan yang ditekankan oleh Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki berdasarkan turunnya surat AlAhzab ayat 56, yang mendorong umat Islam untuk memberikan shalawat kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, yaitu derdapat pada surat Al-Ahzab ayat [56]

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا٥٦

"Sesungguhna ALLAH dan Para malaikat bersolawat untuk Nabi. Hai orang - orang yang beriman, Bersolawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkan salam penghormatan untuk kepadanya".

Bulan Sya'ban juga menyaksikan dua peristiwa penting yang diperhatikan oleh para ulama. Pertama, peralihan kiblat dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram terjadi pada bulan ini. Imam Al-Qurthubi menyatakan bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam untuk mengubah kiblat pada malam Selasa bulan Sya'ban yang juga bertepatan dengan malam Nisfu Sya'ban.

Kedua, penyerahan catatan amal terjadi pada bulan ini, di mana semua amal manusia diserahkan kepada Allah subhanahu wata'ala. Momen ini dikenal sebagai Nisfu Sya’ban dan dianggap sebagai salah satu hari raya malaikat. Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua dosa selama setahun dihapuskan di malam tersebut. Nisfu Sya’ban juga dikenal sebagai laylah al-Syafa’ah (malam syafaat), di mana Rasulullah SAW memohon syafaat untuk umatnya kepada Allah pada malam ke-13, ke-14, dan ke-15 bulan Sya'ban.

Imam Ahmad meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Allah mengampuni dosa hamba-hamba-Nya pada malam Nisfu Sya’ban, kecuali dosa orang musyrik dan orang yang bermusuhan." Sya'ban juga disebut sebagai laylah al-ithq (malam pembebasan), seperti yang dinyatakan Ibn Ishaq dari Anas ibn Malik, bahwa Rasulullah SAW berdoa kepada Allah untuk membersihkan hati dari perbuatan syirik dan kufur.

Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki mengutip sebuah hadits dari An-Nasa’i yang meriwayatkan dialog antara Usamah bin Zaid dan Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam: "Wahai Nabi, aku tidak pernah melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana di bulan Sya'ban?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Banyak manusia yang lalai di bulan Sya'ban. Pada bulan itu semua amal diserahkan kepada Allah subhanahu wata'ala. Dan aku senang ketika amalanku diserahkan kepada Allah dalam keadaan berpuasa."

Itulah mengapa bulan Sya'ban juga disebut sebagai bulan puasa sunnah. Dalam bulan ini, berdasarkan riwayat Aisyah radhiallahu anha, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam memperbanyak puasa sunnah. Bahkan beliau hampir berpuasa satu bulan penuh, kecuali satu atau dua hari di akhir bulan agar tidak mendahului Ramadhan dengan satu atau dua hari puasa sunnah. Oleh karena itu, marilah kita perbanyak membaca shalawat dan berpuasa di bulan Sya'ban. Asshalatu wassalamu 'alaika ya sayyidii ya Rasulullah, khudz biyadina qallat hilatina, adrikna ya Rasulullah.

0/Post a Comment/Comments